Jumat, 16 Agustus 2013

Kisah Seorang Adik



Darah lebih kental dari air. Meski hati tak mau dan takdir menolak, tapi pertalian darah adalah yang paling kuat. Atas dasar itulah gue menulis post ini.

Kalo lo belom tau rasanya dibanggain sama adik lo didepan temen-temennya menurut gue lo belum bisa jadi kakak yang baik.  Gue gak pernah tau pentingnya seorang adik sampai gue masuk universitas dan dia ngebanggain kakaknya ini didepan teman-temannya. Terharus cuy. Dan rasanya pengen berbuat sesuatu supaya bisa dibanggain lagi dan lagi.


Tapi yang namanya adik sampai kapanpun tetaplah seorang adik. Saat dia berbuat salah, tugas seorang kakaklah untuk mengingatkannya. Untuk memberitahkan mana jalan yang benar dan tidak. Yah, meski gue gak sepenuhnya setuju dengan ungkapan itu. Gue lebih seneng mengungkapkan kebenaran di segala jalan yang baik dan buruknya. Juga waktu seorang kakak berbuat salah maka dia harus mendengarkan adiknya saat menunjukkan kesalahannya meski sang adik masih sangat muda.


Itulah yang terjadi sama gue.

Pada suatu malam akhirnya gue tau kekurangan gue di mata adik gue. Padahal selama ini di depan teman-temannya setau gue dia bangga punya kakak kaya gue (hahaha pede abis!). Begitu juga dengan gue. Gue bilang sama dia kalo gue gak suka dia pacaran sama si ini-itu soalnya blablabla. Gue jelasin sekalian prospek kedepan cewek-cewek itu.

Dari pembicaraan malam itu akhirnya gue tau bahwa masih banyak rahasia diantara kita berdua. Padahal kita kakak-adik! Padahal darah kita sama!! Ternyata kita belum cukup saling mengenal satu sama lain meski udah belasan tahun tinggal satu atap. Yah, manusia emang rumit. Tapi gue bersyukur. Dari malam itu akhirnya gue intropeksi diri dan mencoba mengenali siapa adik gue ini sebenarnya. Karena bagaimanapun, darah lebih kental dari air.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar