Senin, 30 September 2013

Apa yang Lebih Baik?

apa yang lebih baik dari bekerja dengan tulus? 
H+1 acara. rasanya legaaaaa luar biasa. akhirnya bisa berjalan dengan normal di bulan Oktober setelah sebelumnya di September mulai dari merayap, merangkak sampai jalan jongkok dilaluin. fyiuh. 

apa yang lebih baik dari bekerja untuk Allah? 
rasanya emang beda bekerja untuk manusia sama untuk Tuhan. kalo untuk Tuhan, semua tiba-tiba menjadi lancar secara ajaib. kalo untuk Tuhan, meski gak berjalan lancar hati tetap tenang. gak ada kecewa apalagi marah. dan kalo berhasil, gak ada yang namanya rasa sombong. amazing banget yah. 

apa yang lebih baik dari bekerja bersama orang-orang yang bisa menerima kekuranganmu dan menutupinya? 
gue mungkin bukan seorang expert dan tim tempat gue bekerja juga bukan tim absolut. semua punya kekurangan masing-masing. tapi begitu kita berkumpul, menyatukan tujuan, menyatukan kekuatan semua hal terasa mungkin dicapai. saling meminjamkan kekuatan, berbagi luka dan rasa, meski klise tapi itu yang membuat puncak terlihat tidak begitu tinggi dan mungkin didaki. tidak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa gue akan meminjam kekuatan mereka. gue pikir kekuatan (gue) satu orang aja cukup untuk melakukan segalanya, tapi siapa sangka Tuhan mengirimkan mereka untuk gue? 

apa yang lebih baik dari bekerja bersama orang-orang yang bisa membuatmu berkembang lebih baik? 
karena tidak sempurnya, gue ingin jadi sempurna. paling tidak mendekati sempurna. dikoreksi oleh orang lain merupakan salah satu bentuk pelajaran dan langkah untuk mendekati kesempurnaan. gue jadi tau bagian mana yang harus diperbaiki, ditambah dan dipelajari lebih lanjut. 

akhir kata, terimakasih tak terkira untuk panitia Mekkah 2013. kita mungkin tidak sempurna, tapi kita tak pernah bosan untuk belajar mendekati kesempurnaan. 

(foto panitia menyusul) 

Minggu, 29 September 2013

Iri sama Kucing

my current mood today


suka liat kucing tidur dipinggir jalan gak? enak ya jadi kucing. bisa tidur di pinggir jalan gak peduli tempat rame, gak harus tidur cantik dan gak peduli orang bilang apa. pokoknya enak jadi kucing bisa tidur siang tiap hari. gak musti nugas apalagi kuliah. 
today i wish i was a cat. 
abis acara badan rasanya remuk. kemarin sih gak berasa tapi pas acara udah selesai baru... 

i want to sleep like this 

huweeee....badan pegel-pegel, ngantuk tapi harus tetep kuliah. huh. kuat banget ya gue. kalo saat-saat kaya gini tuh berasa banget butuhnya mamih. dia yang biasanya mijitin gue setiap kali pulang dari acara. fyi aja gue udah tiga empat minggu gak pulang dan tiga minggu diantaranya gue kemping berturut-turut 

di kelas, gue cuma bisa masang tampang kaya gini 

enak kali ya bisa tidur dipeluk 

lagi nugas eh ketiduran 

sleep like a boss..


Senin, 09 September 2013

Keep Calm and Proud Of It (Kiri dari Lahir)

13 Agustus. Tanggal ini bukan hari ulang tahun saya. Tapi tanggal itu yang selalu saya tunggu setiap tahun. Bukan karena ada orang lain yang spesial, tapi entah mengapa saya lebih senang dan bangga menyambutnya.

tidak ada hal meriah di tanggal tersebut. Karena tidak banyak orang yang tahu. Namun pengharapan dan kekuatan adalah sangat berarti. Berharap agar terciptanya keadilan, meskipun ini mustahil. Kuat untuk selalu menerima kenyataan, walaupun ini pahit. 

Saya sebenarnya tidak ingin sendirian dalam menyambut moment ini. Hanya saja saya tidak bisa merayakan dengan kumpul bersama, karena sulit mencari yang senasib dengan saya, sebab kami memang sedikit. 

Tapi kami mempunyai pengharapan yang sama dalam hidup. Yaitu yang tertindas secara batin, ditolak oleh norma, dan dijajah dengan kenyataan. Ya, itu semua terjadi karena kami minoritas. Kami hanya 10% dari total populasi dunia. Yang membuat kami harus menjalankan kehidupan lebih sulit dibanding kebanyakan orang. mengikuti apa yang mereka lakukan dan inginkan. Walaupun sebenarnya ingin sekali melakukan kebebasan seperti orang- orang yang sudah tercipta menjadi golongan mayoritas. 

Tapi saya harus sadar bahwa ini adalah takdir, mau tidak mau kenyataan memang tetap seperti itu. Yaitu kenyataan yang harus saya terima bahwa kemampuan tangan kanan saya lebih lemah dibanding kemampuan tangan kiri. 

Saya kiri dari lahir, singkat saja kidal. dan tanggal 13 agustus ini adalah hari kidal internasional (International left handers day). Hari itu dibuat bukan untuk mengajak orang melakukan aktivitas dengan tangan kiri, tapi agar orang kidal dihargai dan mendapatkan hak yang sama seperti orang “normal” . Bukan perlakuan diskriminasi seperti yang selama ini terjadi.

Selamat Hari Kidal Sedunia


Oke, mungkin saja kalian menganggapnya hal ini berlebihan. Tapi tahukah kalian sebenarnya seperti apa terlahir sebagai kidal?. 

Biarkan saya menjelaskan dengan singkat…

Jujur saya bangga terlahir sebagai kidal, bukan berarti karena mendengar pujian dari orang- orang yang bilang kalau “orang kidal itu pintar dan hebat loh!”, bagi saya itu cuma basa basi. Tapi saya bangga dapat bertahan untuk tetap menjadi orang kidal walaupun keadaan memaksa saya untuk merubahnya dan sering kali mengalami tekanan, terlebih saat saya masuk dalam dunia pendidikan (sekolah). Sindiran bahkan ancaman pernah saya alami di sekolah. 

Di umur 5 tahun saya masuk TK, saya dilarang memakai tangan kiri untuk menulis, dipaksa untuk menulis dengan tangan kanan. Padahal orang tua membebaskan saya untuk menulis dengan tangan apa saja, mereka sama sekali tidak keberatan kalau anaknya terlahir sebagai kidal. Karena itu bawaan dari keturunan. Tapi mereka tidak bisa berbuat apa- apa ketika guru menyuruh saya untuk terus menggunakan tangan kanan hanya karena kesopanan itu terletak di tangan kanan.

Masa TK saya lalui dengan tekanan. Setiap hari saya menulis dengan tangan kanan yang membuat saya selalu terlambat mengumpulkan tugas. Disaat teman- teman diperbolehkan untuk pulang, saya belum boleh pulang karena saya belum selesai menulis. Alhasil keluar paling akhir di waktu pulang, bahkan sampai keadaan disekitar sepi.

Saya juga pernah merasakan cubitan di waktu SD dari seorang guru yang baru sadar melihat saya menulis dengan tangan kiri. Bahkan saya diancam dihadapan teman sekelas saya kalau besok menulis dengan tangan kiri lagi akan dihukum. 

“kok kamu nulis pake tangan kiri? Hey! *sambil dicubit*. Jangan pake tangan kotor! Nggak sopan. kalo besok ibu lihat kamu nulis pake tangan kiri lagi di jam pelajaran, ibu hukum! Jangan masuk kelas kalo nggak bisa nulis pake tangan kanan”. Itulah yang dia katakan saat itu, sampe sekarang saya masih ingat betapa malu nya saya dicap sebagai murid yang tidak sopan dihadapan teman- teman. 

Di rumah saya terus berlatih memakai tangan kanan, Tapi hasil tulisan saya selalu jelek, tidak sebagus tulisan tangan kiri. Nggak pernah memuaskan. Tangan kanan saya terasa kaku dan usaha itu tidak pernah berhasil hingga sekarang. 

Jadi dulu, agar saya tidak tertinggal dengan teman- teman, saya berpura- pura menulis dengan tangan kanan jika dilihat oleh guru saja. Dan kembali lancar menulis dengan tangan kiri. Memakai strategi tertentu agar tidak ketahuan. Tapi ini tidak berlaku jika kebagian bangku dipaling depan. 

Memang doktrin yang buruk tentang tangan kiri sangat kuat di kalangan masyarakat, Terlebih masyarakat timur. Sehingga sisi kiri selalu dicap buruk, kotor dan menjijikan, bahkan tangan setan. Maka tidak heran perilaku diskriminasi terhadap orang kidal seperti saya tidak dilarang, karena didukung oleh norma dan agama. 

Agama selalu memerintahkan bahwa sesuatu yang baik harus dikerjakan dengan tangan kanan, seperti makan, bersalaman, memberi. Sehingga posisi kanan adalah kebaikan. Begitu sebaliknya, tangan kiri itu buruk dan menjijikan. 

Saya selalu mendapatkan sindiran bahwa menulis dengan tangan kiri itu tidak boleh. Bahkan itu diucapkan oleh guru agama sewaktu saya sekolah. Padahal jika saya bisa, saya pasti nulis pakai tangan kanan pak!, tapi tangan ini selalu kaku untuk menulis. Memang agama tidak memperkenankan mengerjakan sesuatu dengan tangan kiri, tapi dengan kondisi seperti apa dulu. Dalam hal yang menyangkut ibadah jelas tidak diperbolehkan. 

Apakah ini adil? Saya tidak pernah meminta kepada Tuhan terlahir sebagai kidal, tapi Tuhan yang memberikan. 

Saya sempat iri melihat orang- orang yang leluasa menggunakan tangan kanannya dalam menulis dan beraktivitas. Saya ingin sama seperti mereka, sehingga tidak dibilang aneh, tidak sopan dan tidak tahu aturan disaat mata tertuju kepada saya. Tapi saya yakin pasti ada hikmah mengapa saya kiri dari lahir. 

Namun asal kalian tahu, tidak semua orang kidal itu menulis dengan tangan kiri. Bisa jadi mereka bisa menulis dengan tangan kanan, namun melakukan aktivitas lain dominan dengan tangan kirinya. Bisa jadi ada faktor lain yang menyebabkan ia menulis dengan tangan kanan. Salah jika mengira bahwa orang tersebut kidal dilihat hanya dari cara menulis, karena kidal itu berarti menggunakan tangan kiri sebagai sumber kekuatan dalam beraktivitas, dan menulis hanya satu dari banyak jenis aktivitas. 

Ada suatu hal yang biasa terjadi ketika orang lain melihat saya menulis dengan tangan kiri. Perkataan mereka pasti tidak jauh dari seperti ini:

“kamu kok kidal?”

“terus makan pake tangan apa?”

“kok bisa sih nulisnya pake tangan kiri?”

“nulis tuh di tangan baik, jangan di kiri. Nggak bagus!”

Hingga sekarang hal itu masih akan terjadi, sampe- sampe saya bosan menanggapinya.
Oke, saya bisa makan pake tangan kanan dengan sendok. Kecuali pake sumpit, kalau pake tangan kanan kagok dan bisa menyebalkan kalo makanannya nggak bisa keambil. 

Jadi orang kidal itu sulit, karena dunia dominan dengan orang Right handed. Semua yang tercipta dirancang untuk memudahkan tangan kanan. Seperti gitar, gunting, pisau, alat elektronik, posisi mouse, penomeran di penggaris, sampai bangku kuliah. 

Jadi jika menggunakan sesuatu, saya merasa tidak mahir dan sulit melakukannya. Padahal barang dan alat- alat pekerjaan dicipta untuk memberikan kemudahan bagi pemakainya, tapi tidak bagi saya. 

Saat menulis di bangku kuliah tangan saya harus menggantung, tidak heran kalau sampai terjatuh. Itu karena tumpuan hanya berada di sebelah kanan. Apalagi jika yang saya tulis itu banyak. Terasa pegal dan cepat lelah karena tidak ada tumpuan di sebelah kiri. 

Saya sempat membayangkan, bagaimana kalau kasus – kasus tersebut dibalik? Dan menimpa orang yang bertangan kanan? Atau bisakah kalian sabar merasakannya?

Saya tidak bisa berbuat apa- apa dengan perlakuan seperti itu. Karena pasti tidak ada yang membela. Mau dispesialkan?, emang pantas orang kidal yang katanya tidak sopan dan aneh diberi perlakuan khusus? Lagi pula rugi juga kalau membuatnya, karena jumlahnya sedikit. 

Sesuatu dibuat untuk memudahkan kepentingan mayoritas kan? Jadi kaum minoritas mau tidak mau harus mengikutinya. Jadi mendingan nggak usah ada perhatian kan?! . Mau mencari teman yang sesama kidal pun sulit, jadi saya memilih bungkam. 

Apakah selamanya harus berlangsung seperti ini? Walaupun tidak ada pilihan, tapi jangan khawatir, keadaan seperti ini membuat orang kidal selalu beradaptasi. Menemukan solusi, meniru seperti apa yang dilakukan orang “normal” sehingga tangan kanan terasah agar bisa berfungsi dengan baik. Keadaan ini memaksa orang kidal untuk menjadi Ambidexter, yaitu sebutan untuk orang yang bisa menggunakan tangan kiri dan kanannya dengan baik. 

Seumur hidup saya berada disekeliling mayoritas, diantara puluhan orang tangan kanan dan mampu berbaur dengan mereka. Jadi nggak semestinya saya menuntut hak dan keadilan, karena saya bisa menanggulanginya. 

Kira- kira seperti itulah singkatnya menjadi orang kidal. Ada senang dan dukanya. Terkadang menjadi pusat perhatian karena pujian, terkadang juga karena dianggap berperilaku buruk. Melakukan sesuatu yang sebenarnya mudah, tapi ternyata sulit karena berbeda dari kebanyakan orang. 

Untuk penutup, Saya ingin menyampaikan untuk jangan memandang rendah tangan kiri kalian. Karena tangan kiri sama penting dengan peran tangan kanan. Gini aja, dapatkah kalian memindahkan tuas gigi dengan tangan kanan disaat menyetir mobil? Hal itu pasti sulit. 

Semua itu ada untuk keseimbangan. Begitu juga dengan terhadap orang kidal disekitar kalian, jangan lagi ada anggapan buruk yang memojokan nasibnya dalam kehidupan. Kidal itu pemberian Tuhan, jadi jangan salahkan kami kalau kita berbeda. 

Jangan paksa mereka untuk menjadi seperti yang kalian inginkan. Terutama bagi guru/orang tua kepada anaknya yang kidal. Jika kalian tetap memaksa, maka itu sama artinya kalian menghambat mereka untuk tumbuh menjadi kreatif dan membuatnya takut berekspresi. Bagaimana tidak? Setiap yang dilakukan pasti bayangi rasa takut. Padahal anak kecil butuh dukungan untuk mengembangkan bakatnya. Saya hanya tidak ingin kidal junior mengalami perlakuan yang sama seperti saya. 

Selamat hari kidal sedunia, semoga perlakuan mayoritas kepada yang terlahir sebagai left handed semakin baik dan positif. 

Terima kasih kalian mau menerima kami, mampu memberikan solusi dan dukungan kepada kami untuk bangga terlahir sebagai kidal. 

I maybe Left handed, but I’m always right. 
 Keep calm, and proud being Left Handed :)
 
 
reblogged from aulword blogspot 

Selasa, 03 September 2013

Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh

Ksatria jatuh cinta pada putri bungsu dari kerajaan bidadari
sang putri naik ke langit,
ksatria kebingungan.
ksatria pintar naik kuda dan bermain pedang, 
tapi tidak tau caranya terbang.
ksatria keluar dari kastel untuk belajar terbang 
pada kupu-kupu.
tetapi, kupu-kupu hanya bisa menempatkannya 
di pucuk pohon.
ksatria lalu belajar pada burung gereja.
burung gereja hanya mampu mengajarinya 
sampai keatas menara.
ksatria kemudian belajar pada burung elang.
burung elang hanya mampu membawanya 
ke puncak gunung.
tak ada unggas bersayap yang mampu terbang 
lebih tinggi lagi.
ksatria sedih, tapi tak putus asa.
ksatria memohon pada angin.
angin mengajarinya berkeliling mengitari bumi, lebih tinggi dari gunung dan awan.
namun, sang putri masih jauh terbang di awang-awang
dan tak ada angin yang mampu menembus langit.
ksatria sedih dan kali ini ia putus asa.
sampai suatu malam ada bintang jatuh yang berhenti mendengar tangisannya.
ia menawari ksatria untuk mampu melesat secepat cahaya,
melesat lebih cepat dari kilat dan setinggi sejuta langit 
dijadikan satu.
namun, kalau ksatria tak mampu mendarat tepat di putrinya ia akan mati,
hancur dalam kecepatan yang membahayakan, 
menjadi serbuk yang membedaki langit dan tamat.
ksatria setuju.
ia relakan seluruh kepercayaannya pada bintang jatuh menjadi sebuah nyawa 
dan ia relakan nyawa itu bergantung hanya pada serpih detik yang mematikan.
bintang jatuh menggenggam tangannya 
"inilah perjalanan sebuag cinta sejati," ia berbisik. 
"tutuplah matamu ksatria katakan untuk berhenti begitu kamu merasakan keberadaannya"
melesatlah mereka berdua,
dingin tak terhingga serasa merobek hati ksatria mungil, 
tapi hangat jiwanya diterangi rasa cinta dan, 
ia merasakannya 
"berhenti!"
bintang jatuh melongok kebawah
dan ia pun melihat sesosok putri cantik yang kesepian 
bersinar bagai gugus orion ditengah gelap galaksi.
ia pun jatuh hati.
dilepaskannya genggaman itu,
sewujud nyawa yang terbentuk atas cinta dan percaya.
ksatria melesat menuju kehanuran 
sementara sang bintang mendarat turun untuk dapatkan sang putri.
ksatria yang malang.
sebagai balasannya, dilangit kutub dilukiskan aurora
untuk mengenang kehalusan dan ketulusan hati ksatria

from Supernova: Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh
by Dee