Senin, 12 Desember 2016

Monolog Aku



Aku bertanya seratus, tidak, seribu kali sebelum menulis ini. Haruskah aku menulisnya? Akhirnya setelah seribu kali berpikir, kuputuskanlah untuk menulis.
***
Hari itu seperti biasa...
"nek, gimana kabarnya hari ini?"
"baik" tapi bagiku dia tidak nampak baik-baik saja.
"bagaimana perasaannya hari ini?"
"ini disini" sambil nunjuk dadanya.
Singkat cerita, aku tau nenek merasa sedih karena anaknya sudah lama tidak menjenguknya. Ia nampak tidak bersemangat.
Aku elus tangannya sambil memutar otak, bagaimana cara membuatnya bersemangat kembali?
“nek, kemarin orang yang aku suka jalan bersama sahabat dekatku”
Kalimat itu....spontan terlontar.
Dan seperti sama spontannya, tiba-tiba nenekku tertawa.
.
.
.
Hingga tidak terasa satu setengah jam percakapan kami berlalu. Aku tidak terlalu mengingat detail percakapan kami tapi aku ingat ada kata-kata “Zahra ini cantik, udah. Sarjana, udah. Mandiri, udah. Ngapain masih berharap sama laki-laki kaya gitu??!”, “jadi perempuan itu harus tegas! Kamu tanya ke kawanmu itu, kamu suka sama dia? Tanya ke laki-laki itu, kamu suka sama dia? Kalau sama-sama suka yaudah, tinggalin!”, “buktiin kamu bisa lebih baik dari dia!”

Aku tersenyum.

“kalau jodoh juga gak bakal kemana”

“nenek gimana tau kalau kakek jodohnya nenek?”

“dia itu baik. Baik banget. Makanya pas dia meninggal saya gak pernah terbersit sedikitpun untuk nikah lagi”

Aku tersenyum lagi. Kali ini lebih lebar.
***
Percakapan pagi ini adalah percakapan yang tidak akan aku lupakan seumur hidup. Aku ingin menangis dan tertawa pada saat yang bersamaan. Menangis karena mengingatmu dan tertawa karena aku berhasil membuat nenek tersenyum kembali.

Kamu tidak tau, betapa siang itu aku ingin langsung menekan nomormu di ponselku untuk mengucapkan terimakasih. Terimakasih karena telah membuat nenekku tertawa dan bersemangat lagi hari ini. Terimakasih.
Mungkin kamu akan berpikir bahwa terimakasihku sangat tidak masuk akal tapi nenekku adalah orang yang berharga. Sama seperti kamu. Aku sudah menyayanginya sejak percakapan pertama kita dan melihatnya bersedih pagi ini sangat menghancurkan hatiku. Di panti ini nenek tidak punya siapa-siapa. Panti ini bukan seperti rumah sakit dimana seseorang bisa meninggalkan rumah sakit jika sudah sembuh dari sakitnya. Tapi bukan juga rumah singgah. Panti ini adalah tempat terakhir mereka. So either die or run away, they’ll be here forever. That part really broke my heart. So i try as hard as i could to make her feel comfortable.
***
Aku sudah sangat sering mengucapkan maaf padamu. Maaf disetiap pesan, maaf disetiap kabar. Tapi hari ini aku sudah menemukan alasan untuk mengucapkan terimakasih dan untuk seterusnya, terimakasih adalah untukmu.

Terimakasih karena pernah ada, karena pernah menjadi teman yang sangat baik. Untuk semua pesan lama, untuk semua video chat, untuk kamu yang mengajarkanku  bangga menjadi diri sendiri, semua ini adalah karenamu. Terimakasih karena pernah mengenalkan lagu-lagu athem yang aneh, mengenalkan rusia. Terimakasih karena pernah berkunjung ke UI. Terimakasih sudah menyempatkan waktu untuk membaca tulisanku. Terimakasih karena mengizinkan aku untuk masuk ke duniamu, melihat dari balik kacamatamu walau hanya sesaat. Terimakasih.

Terimakasih karena sudah menginspirasi.

Sekarang, aku tidak akan lagi bertanya kenapa. Kenapa kita berakhir seperti orang asing satu sama lain, kenapa kita tidak bisa akrab seperti dulu, kenapa kenapa dan kenapa, aku tidak akan bertanya lagi. Aku paham, mungkin waktunya sudah habis. Mungkin waktu kita untuk merasa seperti itu sudah kadaluarsa—walaupun aku tau tidak pernah ada pertemanan yang kadaluarsa. Atau mungkin Cuma aku, yang merasa spesial.

Tidak apa.

Sekarang hingga waktu yang akan datang aku ingin bertemu denganmu dalam perasaan nyaman. Bukan perasaan bersalah maupun takut, apalagi gila saat namaku—entah bagaimana—disebut-sebut bersamaan dengan namamu. Bukan pula perasaan sedih. Sekarang, setiap mendengar namamu aku akan teringat pada nenekku dan percakapan kami hari ini. Dan daripada bersedih, aku akan bersyukur karena kamu pernah ada dan ‘menyelamatkan’ nenekku dengan ceritamu.

Kamu akan mengingatkanku pada nenek itu dan setiap kali akan mengingatkan lagi dan lagi bahwa aku sudah menemukan apa yang penting untuk diriku. Kamu, tentu saja penting untukku. Tapi nenekku lebih penting. I’d do everything to make her smile again.  

Menjadi perawat adalah hal yang penting untukku atau paling tidak, something i think im really good at. Being nurse means everyday you will touch life or life will touch you and today, life touch me. You have no idea how much i want to tell you about this ‘profesi’ thingy. It really drives me crazy but set me on fire at the same time. Kinda exhausting and exciting. Weird, isn’t?

“saya mah dulu pernah jalan sama lima laki-laki sekaligus. Yang ini ngajak jalan, hayu. Besok yang sana ngajak jalan, hayu juga. Cuma satu, saya gak mau dikurangajarin”

Kamu tidak tau...

“...kakek mah gak pernah cemburu. Dia oke aja saya jalan sama yang lain. ‘saya percaya sama kamu’ gitu katanya”

...betapa aku ingin...

“orang-orang bilang saya perempuan gak bener karena mau jalan sama banyak laki-laki. Tapi kata si kakek ‘ya gimana, saya udah terlanjur cinta sama dia. Asal satu, kamu jangan bunting sama lelaki lain!’ hahaha”

....memelukmu....

“...saya pernah pacaran sama orang belanda, ganteng banget! Saya bawa ke kampung dia diem aja. Dikasih golok saya sama bapak saya hahaha”

....berterimakasih....

“....bukan sedih lagi, kaya orang gila saya waktu denger kakek meninggal. Anak saya waktu itu masih pada kecil-kecil. Tapi saya harus semangat!”

.....karena sudah membuat nenekku tertawa dan bercerita sebanyak ini hanya dengan satu ‘pancingan’.

Terimakasih.
akupun sampai sekarang masih terus belajar cara mengungkapkan perasaan secara asertif, salah satunya dengan menulis karena aku masih tidak bisa kalau ngomong secara langsung. be brave. be wild. be silly. but dont forget to be true to your self. 

Esok akan aku pastikan jika nenek bertanya tentangmu aku akan menjawab: “sudah nek, sudah aku relakan dengan baik-baik”

Selamat melanjutkan hidupmu. Sampai jumpa dilain waktu.