Selasa, 01 April 2014

Kalau Bukan Karena Cinta

tulisan ini gue buat waktu dalam perjalanan menuju rumah dari kampus. sore-sore naik kereta commuter line menuju Bekasi yang penuh buanget nget nget karena berbarengan dengan jam pulang kantor. sebagian besar sih orang kerja mulai dari mas-mas fresh graduate sampai ibu-ibu cleaning service sebuah mall semuanya tumpah ruah dalam kereta yang sumpek. semuanya capek, kumel, lusuh, keringetan dan sensitif karena gak dapet duduk di kereta. pasrah. 

belum lagi macet di Bekasi. ya ampun deh, bagi gue yang cuma dua minggu sekali berinteraksi dengan angkutan umum ngeliatnya aja udah mual banget. gue termasuk orang yang gak sabaran kalo masalah macet. gak bisa duduk diem, kaya cacing kepanasan. saat lagi bete-betenya, gue mikir untuk bikin tulisan ini. baca ya....

kalau bukan karena cinta 
tidak mungkin ada pasangan yang mau mengantar kekasihnya ke stasiun 
dalam gang kecil 
dimana mobil tidak bisa berputar balik 
dan ia dicaci maki 

kalau bukan karena cinta 
 tidak mungkin ada seorang ayah mau berdesakan dalam bis kota
berjam-jam
dalam kemacetan

kalau bukan karena cinta
tidak mungkin ada suami yang mau terbakar dibawah matahari
berjam-jam
diatas motor
kalau bukan cinta, lalu apa namanya? 

demi menjemput kekasih yang baru pulang dari kantor
demi melihat wajah lelahnya yang kumal
demi senyum leganya saat melalui gerbang stasiun
dia rela mendengar semua umpatan pengemudi motor
karena parkir mobilnya yang besar menghalangi separuh jalan 

demi menafkahi keluarga
demi membelikan anaknya gadget terbaru
dia rela berdesak-desakan dalam bis kota
dengan handphone model terlama

demi melihat wajah istri di rumah
demi sepersen dan persen untuk rumah berdua
dia rela membakar kulitnya diatas kendaraan beroda dua

aku melihatnya itu, cinta. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar